Sabtu, 05 Desember 2009

Agen Perubahan

Senin, 24 Agustus 2009 03:46:24 - oleh : admin

Oleh: M. Danial Nafis (KETUM GMPI)

Berbicara Neoliberalisme, tidak lebih menegaskan eksploitasi, penindasan dan penjajahan kepada setiap manusia,lingkungan bahkan sebuah Negara. Neoliberalisme tidak lebih merupan “copy-paste” dari neo kolonialisme-Imperialisme, yang mengajarkan Hegemoni dan Negara menjadi sub ordinat kepentingan Empire Global. Sebuah Ideologi yang dilandasi Visi-Misi didukung strategi dan modus operandi Keserakahan ! jauh dari nilai-nilai kemanusian (Value of Humanities), sangat jauh dari equality and freedom dalam perspektif kemanusian peradaban (Madani Society).

Bicara Nasionalisme, adalah menguraikan dan menjaga kepentingan-kepentingan rakyat banyak, menjaga keseimbangan kepentingan seluruh elemen lokal-regional dan global, kepentingan untuk semua-ada harmonitas ! bukan eksploitasi. Nasionalisme mengajarkan penghargaan tinggi terhadap nilai-nilai kemanusiaan, menghargai peradaban multicultural sebuah Bangsa. Nasionalisme melahirkan kebijakan ekonomi yang pro rakyat banyak, pemerataan dengan prinsip keadilan dan akses terhadap seluruh potensi yang dikelola oleh negara bukan penguasaan sumber daya alam dan potensi sumber daya manusia oleh segelintir penguasa dan kroninya, yang melahirkan oligarki.

Neoliberalisme mengajarkan,mendidik dan menkondisikan Negara untuk melahirkan kebijakan anti rakyat, meninggalkan amanah yang diberikan oleh konstitusi untuk mengurus,memelihara dan melindungi rakyat. Kebijakan neoliberalisme, bukanlah teori bahkan ada dalam kamus ekonomi. Neoliberalisme adalah modus operandi dari keserakahan Kapitalisme yang mengajarkan penindasan, bukan kebersamaan apalagi kesetaraan. Negara dalam neoliberalisme haya sekedar diposisikan sebagai Jagal- Watch Dog kepentingan Multi National Corporate (MNC). MNC melakukan penunggangan massif terhadap fungsi Negara, bahkan yang terjadi, Pemerintah yang dipilih mensyaratkan selurus dengan kepentingan MNC. MNC menjadi Empire global, tanpa batas tanpa sekat, MNC menguasai hampir 70% putaran Ekonomi Dunia. Sebuah penjajahan tanpa pasukan bersenjata, menguasai tanpa pendudukan, tidak memiliki presiden dan pemerintahan, namun menguasai “kepala Negara” dan”pemerintahan” Negara-negara berkembang-dunia ketiga (termasuk Indonesia??).

Negara yang telah menjadi subordinat MNC dan Negara Imperialis, akan cenderung melaksanakan kebijakan politik yang psuedotik, sebatas kewajiban perhelatan prosedural, demokrasi yang dikembangkan juga demokrasi prosedur, karena scara substansi sudah dipangkasi secara massif. Maka tidaklah heran, jika ungkapan Andre Gunder Frank (1984) mengumpamakan hubungan hubungan negara-negara industri Barat dengan non-industri dunia ketiga sebagai rangkaian hubungan dominasi dan eksploitasi antara metropolis dengan satelit-satelitnya.

Dalam konteks Geopolitik Hari ini, Amerika Serikat dalam kepemimpinan Barack Obama, menyiratkan akan adanya sebuah perubahan (Change !) mendasar, apalagi Dunia lagi diterpa krisis financial, yang merupakan induk semang Neoliberalisme. Obama, melakukan public services besar-besaran dan melakukan nasionalisasi Industri-Industri besar serata melakukan Intervensi kepada lembaga-lembaga keuangan (Bail Out). Amerika Serikat (AS) sebagai pelopor neoliberalisme, mencoba berbelok haluan menuju negaa “kesejahteraan”, tapi apakah ini akan berhasil? ingat Keynisianisme akhirnya juga dibajak oleh kekuatan Neoliberalisme di pertengahan 80’an. Bukan saja AS, namun Uni Eropa , maupun Negara Industri Maju lain nya juga melihat adanya angin Perubahan ini, Melihat posisi MNC yang terlalu “dimanjakan”, menjadikan MNC sebuah Empire tersendiri, pengendalian terhadap MNC yang bebas control, melahirkan ketidakseimbangan social ekonomi Global, bahkan Terorisme yang lahir di Abad 21 ini, merupakan salah satu bentuk cerminan kuat “perlawanan” terhadap neoliberalisme (Hancurnya gedung WTC symbol global neoliberal). Indikasi kesadaran akan rusaknya tatanan Global akibat neoliberalisme, mulai dijadikan sebuah pijakan dan perspektif negara-negara Maju, Bagaimana dengan Negeri Kita Indonesia? Sudahkan pemimpin kita melihat arah perubahan ini atau malah masih tetap setia menjadi “komperador” kekuatan MNC ?

Indonesia dengan seluruh potensi kekayaan Sumber Daya Alam (SDA), yang dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa, akan menjadi pusat strategi sumber daya alam dan energy. Namun Anugerah itu akan berubah menjadi Azab, bahkan kesengsaraan bagi rakyat Indonesia, ketika seluruh potensi SDA hanya diserahkan untuk kepentingan MNC dan kaum Plutokratik (konglomerat politisi). Indonesia hanya akan dijadikan lahan “pertarungan” kepentingan kekuatan Global yang eksploitatif, seharusnya Rakyat Indonesia, dapat menjadikan SDA , sebagai kapitalisasi strategis, bukan menjual murah demi sebuah keberlanjutan kepemimpinan status quo,sekedar mewujudkan “keinginan” berkuasa, tanpa mengindahkan amanah penderitaan rakyat dan cita-cita pejuang pendiri Republik Indonesia.

Indonesia ditengah perubahan global hari ini, harusnya mampu membaca secara cermat perubahan situasi ini, Indonesia harus mampu melakukan reposisi bahkan mengambil momentum perubahan secara progresif. Penjajahan 350 tahun oleh VOC-Belanda,tidak akan mampu direbut, tanpa lahirnya pemimpin perjuangan yang progresif. Kemerdekaan tidak hanya ditunggu bahkan diharapkan. Perubahan dan kemerdekaan hanya bisa direbut dan diperjuangkan,khususnya oleh pemimpin dan pejuang progressif bersama seluruh rakyat. Mewujudkan perubahan membutuhan energi besar, lahir batin dan tentunya kekuatan-ketahanan dan istiqomah menjalankan prinsip-prinsip pembebasan rakyat.

Politik-Ekonomi dan Budaya, adalah pijakan mengukur kemerdekaan suatu bangsa. Apakah demokrasi politik-ekonomi dan Budaya kita hari ini, dibangun sekedar prosuderal-kerapuhan mental dan sekedar melaksanakan hajatan kepentingan MNC?, dapat kita lihat secara mendalam, apakah semua bangunan sistem demokrasi ekonomi-politik kita hari ini sudah selaras sesuai dengan Muqadimah UUD 1945 ? ataukah sudah sesuai dengan Ideologi PANCASILA?, masih sebuah utopia !

Perubahan adalah sebuah beban kewajiban sejarah bagi aktivis pergerakan progresif yang musti dirumuskan dan diperjuangkan, bukan lagi menjadi jargon apalagi perdebatan kosong. Kita merindukan kepemimpinan rakyat, bukan kepemimpinan salon-instan-kosmetik. Sudah waktunya kaum muda progresif bergerak maju menyongsong perubahan. Kaum muda yang memiliki kecerdasan lahir-batin dan ketahanan terhadap pragmatisme, sebuah pejuangan panjang,percaya akan proses, bukan sekedar orientasi hasil, apalagi kedudukan kekuasaan bersanding kezhaliman.

MERDEKA !

Jumat, 04 Desember 2009





















pROgREsiF, rEVOlUsIONEr, VISIoNer

Menguatnya rezim Kapitalisme-Imperialisme dalam percaturan politik internasional dan menghegemoninya Neo-liberalisme dalam seluruh lini sektor pembangunan nasional hingga unit-unit terkecil terbukti selain menyebabkan pemiskinan sistemik dan exploitasi sumber daya enerji yang pro Modal-Imperialis, juga menciptakan degradasi nasional yang sistemik akan jiwa, semangat, moralitas, pola pikir dan kebijakan yang terus menjauh dari prinsip nasionalisme-kebangsaan. Tak ada kekuatan perlawanan, bahkan kekuatan nasionalis yang ada telah erpecah dalam fragmentasi pragmatislne politik.
Massifnya budaya individualisme, hedonistik, anti sosial dan semakin melemahnya garis merah nasionalisme Indonesia-Gotong Royong-menggugah bangkitnya kesadaran kebangsaan kaum muda untuk menemukan, menggali, mengkaji dan mengembangkan kembali jati din bangsa, jiwa ibu pertiwi, amanat penderitaan rakyat dan tugas peran sejarah perjuangan kaum muda mahasiswa yang progresif-revolusioner dan visioner-dalam konteks nasionalisme Indonesia. Jalan untuk menemukan identitas itu ditempuh melalui penguatan ideologi dan garis perjuangan dalam konteks nasionalisme lndonesia yang orisinil, dalam bentuk memahami kembali secara komprehensif, holistik dan kritis dari ideologi founding father's bangsa, yakni Sosio Nasionalisme-Sosio Demokratik yang berKetuhanan Maha Esa.
Adanya stagnasi akut yang berkelanjutan dan kemunduran progresif-massif pergerakan kaum muda kekinian dalam membaca, memetakan, mensikapi dan mengaktualisasikan sikap gerak terhadap situasi masyarakat, negara bangsa dan Imperialisme Global ditambah pula melemahnya citra diri, peran dan tugas sejarah, nilai-nilai kejuangan dan kemenangan sistemik hegemoni liberalisme dalam seluruh aktivitas akademik dan sosial nyatanya semakin menciptakan degradasi, demoralisasi bahkan de-ideologisasi terhadap garis sejarah dan peran perjuangan kaum muda mahasiswa dalam kerangka national-interest, negara bangsa dan kemerdekaan bangsa seutuhnya.
Sekarang, diperlukan manifestasi perjuangan politik kaum muda mahasiswa untuk mendobrak tirani neoliberalisme-imperialisme dengan melakukan fullempowering (intellectual, potential, skill and material) dalam aktualisasi gerak sistemik-kolektif dan penguatan kesadaran kemerdekaan melalui advokasi pendidikan rakyat tertindas (marhaenimustadafiin) untuk merebut kekuasaan demi keadilan, kesejahteraan, kedaulatan prjlitik dan kemandirian ekonomi bangsa
Langkah progresif untuk menjawab tantangan besar bangsa dan sekaligus bukti nyata kebertanggungjawaban kaum muda adalah dengan mem bentuk fron/wadah dan jaringan perjuangan nasional kaum muda yang ideologis, sistemik, organisatoris, progresif serta massif. Sistematika kerja politik ini adalah ekspresi langkah maju kaum muda di dalam kerangka tugas mendobrak stagnasi pergerakan kaum muda Indonesia untuk mewujudkan kemerdekaan sejati bangsa.
Pada Hari Rabu, Tanggal 31 Januari 2008, merupakan langkah bersejarah dan kami kaum muda lndonesia untuk mendeklarasikan berdirinya:
GMPI
(GERAKAN MAHASISWA PEMUDA INDONESIA)